Pink Bobblehead Bunny

Friday, February 28, 2020

KEBUDAYAAN SEMARANG

════════════════════════════✰°
Kebudayaan di Semarang
°✰════════════════════════════╛

    1.    Dugderan
Image result for dugderan
Dugderan adalah upacara tradisional yang dilakukan oleh warga Kota Semarang dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Dugderan ini diawali dengan pemukulan beduk yang berbunyi ‘dug dug dug’, lalu disambut dengan suara dentuman meriam ‘der’ sehingga masyarakat setempat menamakannya dengan nama Dugderan. Setelah prosesi Dugderan selesai, terdapat pawai keliling kota dimana masyarakat mengenakan pakaian adat dan mengadakan aneka festival tradisonal khas Semarang.

    2.    Siraman
Tradisi Siraman merupakan upacara adat khas Semarang dimana calon pengantin perempuan harus dimandikan dan disucikan dengan air bunga 7 rupa. Setelah Siraman selesai, biasanya calon pengantin perempuan akan dibopong oleh ayahnya atau keluarganya guna dirias untuk acara sungkeman meminta doa restu kepada pihak ayah dan ibunya agar pernikahannya bisa lancar dan berkah.

    3.    Nyadran
     PImage result for nyadran
Tradisi Nyadran adalah prosesi adat khas Kota Semarang yang sering dilakukan oleh warganya dengan berkumpul dan membersihkan kuburan desa secara bersama – sama. Nyadran ini dilakukan pada saat bulan Ruwah (bulan dimana masyarakat diingatkan kembali untuk mengingat mati dan menghormati ruh leluhur) tiba. Setelah kuburan selesai dibersihkan, biasanya akan diadakan upacara makan bersama karena mereka telah selesai membersihkan kuburan desa secara bersama – sama.
Nyadran ini juga dilakukan secara personal di kalangan masyarakat Jawa. Biasanya mereka pergi ke kuburan keluarga mereka untuk membersihkan dan mendoakan mereka pada saat bulan Ruwah tiba.

    4.    Popokan
Popokan merupakan upacara tradisi melempar lumpur yang dilakukan oleh warga Beringin di Semarang. Popokan sendiri dilakukan pada saat bulan Agustus di hari Jum’at Kliwon. Tradisi ini berawal dari daerah Beringin yang dahulu kala didatangi seekor macan yang mengganggu dan mengancam warga desa, sehingga segala macam peralatan digunakan untuk mengusirnya termasuk dengan melempar lumpur. Upacara Popokan ini bertujuan untuk menghilangkan kejahatan dan tolak bala di daerah mereka. Dalam tradisi popokan, warga laki-laki—mulai dari anak-anak sampai orang dewasa—akan saling melempar lumpur di jalan utama desa. Lumpur ini diambil dari sawah setempat. Tubuh kotor karena terkena lumpur bukan masalah. Tidak ada emosi, hanya ada sukacita semata selama popokan. Warga justru percaya bahwa terkena lumpur menandakan mereka mendapat berkah.


    5.    Mantenan
     Image result for mantenan jawa
Mantenan adalah upacara tradisional khas masyarakat Jawa yang juga ada di Kota Semarang. Mantenan ini adalah proses pernikahan dimana kedua pengantin baik pria maupun wanita wajib melakukan ijab kabul dan nantinya akan dilanjutkan dengan sebuah pesta pernikahan guna merayakan kebahagiaan mereka karena telah resmi menikah.
Dalam Mantenan ini terdapat beberapa adat khas Jawa mulai dari saling memberikan makan dan minum antara pihak pengantin, dipertemukannya pengantin pria dengan perempuan, hingga acara sungkeman dari pihak pegantin kepada orang tua dan mertuanya.


    6.    Padusan
Tradisi Padusan juga dikenal oleh masyarakat Semarang. Padusan ini ditujukan untuk menyambut Bulan Ramadhan yang dikenal sebagai bulan suci bagi umat Islam setempat. Padusan sendiri berasal dari kata ‘Adus’ yang berarti mandi dan membersihkan diri. Padusan dilakukan dengan mandi bersama dimana warga akan mandi sekaligus menyucikan diri baik jiwa dan raga guna menyambut datangnya bulan Ramadhan. Padusan ini merupakan salah satu peninggalan budaya Walisongo ketika mereka menyebarkan ajaran Islam yang digabungkan dengan budaya Jawa yang kala itu didominasi oleh budaya Hindu. 
J. M.D.K
9J/22

No comments:

Post a Comment

Contoh Pola dalam Kehidupan Sehari-Hari

  MATEMATIKA 1.                     POLA BILANGAN KERANG Pola pada kulit sejenis moluska yang bernama Chambered Nautilus: (1, 1, 2, 3, 5...