Pink Bobblehead Bunny

Thursday, October 31, 2019

Budaya Literasi dalam Era Globalisasi

Budaya Literasi
 Image result for literasi

Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan seseorang dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Literasi tak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa.
Dalam bahasa Latin, istilah literasi disebut sebagai literatus, yang berarti orang yang belajar. Menurut National Institute for Literacy, literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Education Development Center (EDC) berpendapat bahwa pengertian dari literasi adalah kemampuan individu menggunakan potensi yang dimilikinya, dan tidak sebatas kemampuan baca tulis saja. 

UNESCO juga memberi penjabaran bahwa literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan yang dimaksud diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh dan bagaimana cara memperolehnya. Pemahaman seseorang mengenai literasi dipengaruhi oleh kompetensi bidang akademik, konteks nasional, institusi, nilai-nilai budaya serta pengalaman. Dalam kamus online Merriam – Webster, dijelaskan bahwa literasi merupakan kemampuan atau kualitas melek aksara dimana di dalamnya terdapat kemampuan membaca, menulis dan mengenali serta memahami ide-ide secara visual.
Literasi memiliki makna yang luas dan kompleks. Pengertian lain dari literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan bakat yang dimiliki dalam hidupnya. Jadi, literasi itu mencakup kemampuan membaca kata dan membaca dunia.
Salah satu contoh penerapan budaya literasi dalam lingkup sekolah adalah Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah gerakan yang berupaya menumbuhkan budi pekerti siswa dan bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca. Materi baca sebaiknya berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.
Gerakan Literasi Sekolah ini merupakan upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah, baik guru, peserta didik, orang tua/wali murid, dan masyarakat. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya biasanya berupa pembiasaan berliterasi yang dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca.
Literasi dapat menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, dan auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi.


J. M. D. K
9J/22
⇃ Manfaat, Tujuan, dan Jenis Literasi 
Related image
Literasi mempunyai banyak manfaat. Salah satu keuntungan dari literasi ini adalah kemampuan melatih diri supaya lebih terbiasa dalam membaca. Hal ini bertujuan agar penyerapan informasi yang diperoleh dari bacaan dapat dirangkum sesuai pemahaman masing-masing pribadi. Manfaat-manfaat dari literasi yaitu:
  1. Menambah perbendaharaan kata (kosa kata) seseorang.
  2. Mengoptimalkan kinerja otak karena sering digunakan untuk kegiatan membaca dan menulis.
  3. Menambah berbagai wawasan dan informasi baru.
  4. Kemampuan interpersonal seseorang akan semakin baik.
  5. Kemampuan memahami makna suatu informasi akan semakin meningkat.
  6. Meningkatkan kemampuan verbal seseorang.
  7. Meningkatkan kemampuan analisis dan berpikir seseorang.
  8. Membantu meningkatkan daya fokus dan kemampuan konsentrasi seseorang.
  9. Meningkatkan kemampuan seseorang dalam merangkai kata yang bermakna dan menulis.
Pelaksanaan literasi juga mempunyai sejumlah tujuan. Adapun beberapa tujuan literasi adalah sebagai berikut:
  1. Membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat.
  2. Membantu meningkatkan tingkat pemahaman seseorang dalam mengambil kesimpulan dari informasi yang dibaca.
  3. Meningkatkan kemampuan seseorang dalam memberikan penilaian kritis terhadap suatu karya tulis.
  4. Membantu menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti yang baik dalam diri seseorang.
  5. Meningkatkan nilai kepribadian seseorang melalui kegiatan membaca dan menulis.
  6. Menumbuhkan dan mengembangkan budaya literasi di tengah-tengah masyarakat secara luas.
  7. Membantu meningkatkan kualitas penggunaan waktu seseorang sehingga lebih bermanfaat.
Meskipun penggunaan istilah literasi sudah banyak digunakan, namun pada dasarnya istilah tersebut tetap merujuk pada kemampuan dasar seseorang dalam membaca dan menulis. Mengacu pada arti literasi, berikut ini adalah beberapa jenis literasi:

1. Literasi Dasar

Literasi dasar adalah kemampuan dasar dalam membaca, menulis, mendengarkan, dan berhitung. Tujuan literasi dasar adalah untuk mengoptimalkan kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, berkomunikasi, dan berhitung.

2. Literasi Perpustakaan

Literasi perpustakaan adalah kemampuan dalam memahami dan membedakan karya tulis berbentuk fiksi dan non-fiksi, memahami cara menggunakan katalog dan indeks, serta kemampuan memahami informasi dalam pembuatan suatu karya tulis dan penelitian.

3. Literasi Media

Literasi media adalah kemampuan dalam memahami berbagai bentuk media (media elektronik, media cetak, dan lain-lain), dan mengetahui cara penggunaan setiap media tersebut.

4. Literasi Teknologi

Literasi teknologi adalah kemampuan dalam mengetahui dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan teknologi (misalnya hardware dan software), mengerti cara menggunakan internet, serta memahami etika penggunaan teknologi.

5. Literasi Visual

Literasi visual adalah pemahaman yang lebih menjurus pada kemampuan dalam menginterpretasi dan memberi makna dari suatu informasi berbentuk gambar atau visual. Literasi visual hadir dari pemikiran bahwa suatu gambar bisa ‘dibaca’ dan artinya bisa dikomunikasikan dari proses membaca.

 B. D. G. A
9J/10
⇃ Budaya Literasi di Era Globalisasi




Beberapa lembaga survei menyatakan fakta tentang rendahnya budaya literasi di Indonesia. Programme for International Student Assessment (PISA) menyebutkan, pada tahun 2012 budaya literasi di Indonesia menempati urutan ke-64 dari 65 negara yang disurvei. Pada penelitian yang sama ditunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-57 dari 65 negara dalam kategori minat baca. Data Unesco menyebutkan posisi membaca Indonesia adalah 0.001% — yang berarti dari 1.000 orang, hanya ada 1 orang yang memiliki minat baca.


Berdasarkan fakta di atas dapat dilihat betapa sedikitnya budaya literasi pada masyarakat Indonesia. Pada dasarnya, banyak orang yang berpikir bahwa membaca hanya akan menghabiskan waktu dan merupakan kegiatan yang kurang bermanfaat, sehingga mereka berpikir lebih baik melakukan aktivitas yang lain daripada membaca. Padahal dengan membaca kita dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan untuk memperkaya intelektual, terutama di era globalisasi ini.


Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat dunia yang tidak mengenal batas wilayah dan menghubungkan antarmasyarakat di suatu negara dengan di negara lainnya di seluruh dunia. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia juga merasakan dampak dari pengaruh globalisasi. Sebagaimana yang terjadi di negara lain, globalisasi memberi pengaruh terhadap tatanan kehidupan masyarakat Indonesia. Globalisasi juga dapat mempengaruhi prinsip dan identitas kebudayaan Indonesia.

Namun sayangnya Indonesia saat ini sedang mengalami krisis literasi. Masyarakat Indonesia seakan enggan dan tidak peduli mengenai betapa pentingnya budaya literasi di tengah kuatnya arus globalisasi. Padahal literasi mempunyai peran yang amat penting dalam kehidupan masyarakat berkarakter.

Durasi waktu membaca orang Indonesia per hari rata-rata hanya 30-59 menit, kurang dari satu jam. Sedangkan, jumlah buku yang ditamatkan per tahun rata-rata hanya sekitar 5-9 buku. Data tersebut merupakan hasil penelitian Perpustakaan Nasional pada tahun 2017. Kondisi tersebut tentu berada jauh di bawah standar Unesco yang menyatakan bahwa waktu membaca tiap orang sebaiknya 4-6 jam per hari. Itulah salah satu bukti bahwa budaya literasi di Indonesia masih sangat rendah. Sementara masyarakat di negara maju rata-rata menghabiskan waktu membaca sebanyak 6-8 jam per hari.

Hal ini terjadi bukan hanya karena perkembangan teknologi, tetapi ada beberapa faktor penyebabnya, yaitu:

1. Kebiasaan membaca belum dimulai dari rumah
2. Sarana membaca yang minim
3. Kurangnya motivasi untuk membaca
4. Sikap malas untuk mengembangkan gagasan


Budaya literasi tentu tidak boleh kalah dari gaya hidup modern yang serba instan dan bergantung pada gawai atau gadget. Oleh karena itu, marilah kita memperbanyak ilmu dan wawasan dengan cara membangun serta mengembangkan budaya literasi.

B. L. S. H
 9J/09 
Cara Membangun Budaya Literasi
Image result for kids reading books


Budaya literasi makin luntur di era gawai atau gadget ini. Hampir semua orang selalu menyalahkan teknologi sebagai penyebab anak tidak mau membaca, apalagi menulis. Berikut ini adalah cara-cara untuk membangun budaya literasi di era gawai.


Tumbuhkan Kesadaran Pentingnya Membaca
Kesadaran akan adanya manfaat sangat penting agar anak suka membaca. Tidak hanya menghabiskan waktu, hobi membaca memiliki banyak keuntungan. Dengan membaca, kita akan memperoleh informasi yang lebih banyak dan menyeluruh. Membaca juga sangat efektif untuk me-recall memori. Beberapa ahli mengatakan, membaca menjauhkan kita dari demensia—kerusakan pada sistem syaraf yang salah satu dampaknya adalah penurunan daya ingat.

Menumbuhkan kesadaran membaca dapat dimulai dari keluarga. Misalnya, orang tua menyediakan buku bacaan di rumah. Hal tersebut tentu saja diimbangi dengan kerelaan orang tua menyisihkan uang untuk membeli buku. Di sinilah peran orang tua sangat diperlukan untuk membangun budaya literasi.

Optimalkan Peran Perpustakaan
Peran perpustakaan juga sangat penting untuk meningkatkan gerakan literasi. Perpustakaan merupakan gudang buku, sedangkan buku adalah sumber bacaan dan tulisan. Hal yang perlu diperbaiki saat ini adalah memaksimalkan peran perpustakaan untuk membangun budaya literasi. Misalnya, menambah koleksi buku, memperbaiki tatanan perpustakaan, atau menambah jam kunjungan. Semua upaya tersebut dilakukan agar perpustakaan menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi. Perpustakaan yang harus dioptimalkan tidak hanya yang ada di sekolah, tetapi juga daerah.

Biasakan Hadiah Berupa Buku
Salah satu hal yang dapat dibiasakan agar tercipta budaya literasi adalah membiasakan memberikan buku sebagai hadiah. Misalnya, saat teman Anda ulang tahun, atau sekadar kado untuk sahabat atau orang tersayang. Dengan begitu, secara tidak langsung Anda sudah mengajak teman untuk membaca.

Bentuklah Komunitas Baca
Komunitas baca merupakan perkumpulan orang-orang yang gemar membaca. Apakah Anda memilikinya? Atau mungkin Anda memiliki teman-teman yang sama-sama suka membaca. Anda dapat membentuk suatu komunitas untuk membahas buku yang baru saja dibaca. Komunitas tersebut juga bermanfaat agar Anda memiliki referensi-referensi terbaru seputar buku-buku yang Anda suka.

Biasakan Menulis Buku Harian
Literasi itu tidak hanya membaca, tetapi dilanjutkan dengan menulis. Pembiasan menulis dapat dimulai dengan buku harian. Pada era sekarang ini, dapat dimulai dengan menulis blog. Menulis didahului oleh kegiatan membaca karena keduanya merupakan keterampilan berbahasa yang berkesinambungan. Oleh karena itu, orang yang terampil menulis biasanya juga pembaca yang baik.

Hargai Karya Tulis
Langkah berikutnya untuk membangun budaya literasi adalah menghargai karya tulis. Dengan menghargainya, berarti Anda mendukung budaya menulis akademik tumbuh dengan baik di negara kita. Lahirnya ide-ide yang cemerlang untuk mengatasi persoalan bangsa lahir dari suatu tulisan ilmiah.

Tulisan tersebut didapatkan melalui riset sehingga relevan diterapkan untuk mengatasi persoalan. Menghargai karya tulis merupakan salah satu langkah untuk memajukan budaya literasi di Indonesia.

Di masa sekarang, anak-anak lebih akrab dengan telepon genggam daripada buku. Berbagai permainan dan media sosial yang ditawarkan memang sangat menarik. Akan tetapi, membaca dan menulis juga tak kalah menarik jika dibiasakan sejak dini


Sekolah juga dapat membantu mengembangkan budaya literasi dengan cara:

Perpustakaan Kelas
Sekolah dapat mengadakan program agar setiap kelas memiliki perpustakaan mini di mana buku-bukunya adalah buku sumbangan siswa.

Melaksanakan Kunjungan
Sekolah dapat mengadakan program tahunan untuk mengajak siswa-siswinya untuk ke pameran buku, perpustakaan daerah, atau bahkan ke penerbit buku terdekat.

Mengadakan Lomba
Image result for literasiSekolah dapat mengadakan berbagai lomba terkait membaca, seperti tantangan kepada guru dan siswa untuk membaca 100 judul buku dalam 1 tahun dan akan mendapat hadiah. Sekolah juga dapat mengadakan  lomba menulis dan buku pemenang tersebut diterbitkan oleh pihak sekolah. 

Memberikan Penghargaan

Sekolah dapat memberikan penghargaan kepada siswa/guru yang paling rajin membaca di perpustakaan, kepada kelas dengan perpustakaan kelas terbaik, atau kepada guru dan siswa yang berhasil menerbitkan buku.
 H. K. C. N.
9J/18



Itulah penjelasan mengenai budaya literasi dan cara-cara untuk mengembangkannya. Semoga apa yang telah dibahas di atas bermanfaat untuk anda.

Contoh Pola dalam Kehidupan Sehari-Hari

  MATEMATIKA 1.                     POLA BILANGAN KERANG Pola pada kulit sejenis moluska yang bernama Chambered Nautilus: (1, 1, 2, 3, 5...